Gagal taaruf berkali-kali
Bagaimana perasaan kalian jika gagal taaruf berkali-kali apalagi faktor kegagalan karna terpentok persetujuan orangtua ?, sedih ?, meratapi ?, galau ?. Sama aku pun begitu dulunya. Orangtuaku, mereka sangat ekspresif dalam mengekspresikan dalam semua hal termasuk ketidaksukaan. Entah karna orangtuaku tidak bisa bagaimana cara membahasakan atau memberitahu kekhawatirannya dengan baik, jadinya apa-apa emosi. Orangtuaku sangat alergi dengan orang yang berpakaian celana cingkrang, berkerudung lebar sepertiku, kata orangtuaku orang yang pakaian seperti itu SESAT. Setelah, ada ikhwan yang nadhor, mungkin dia udah cocok sama aku, dia mau langsung ngelamar aku. Tapi papaku menghindar, pas ikhwannya udah pulang baju gamisku dibuang semua, aku dipukul ditampar, aku dilarang kekajian, handphone ku disita, sepeda motorku disita, mau ga mau aku kerja naik bemo cuy dan masih harus jalan dengan jarak yang lumayan jauh dari kantor. Kalo ingat-ingat itu, Alhamdulillaah mashaa Allaah banget mungkin kalau ga ada Allaah dihatiku dan ga percaya setiap janji Allaah mungkin aku sudah gila. Bayangin aja ini 2 laki-laki melamar dengan baik-baik, malah laki-lakinya diusir. Aku ga berzina pun dituduh sudah ga perawan dibilang murahan sama orangtua itu lebih menusuk kalbu. Dikantor aku cuman nangis, minta ke Allaah untuk dikuatkan. Tapi aku masih berusaha tidak dendam, dan berusaha terus baik ke orangtuaku. Tapi akhirnya dampaknya aku jadi trauma sama yang namanya taaruf, sampai aku ga mau sama sekali denger kata pernikahan. Kalo denger kata taaruf atau pernikahan rasanya hatiku tersayat-sayat. Aku ga mau denger sama sekali. Sampai akhirnya didalam hatiku berkata "aku akan menikah sampai orangtuaku memintaku terus-terusan untuk menikah, dan jika papa masih anti sama orang yang belajar agama aku bakalan menikah menunggu papaku meninggal". Selama 1 tahun aku sama sekali ga taaruf dengan siapa-siapa, aku bener-bener fokus sama diriku sendiri. Ikut kursus bahasa arab, kajian kesana kemari. Pokoknya fokus dengan diri sendiri.
Terus datanglah ikhwan yang pernah taaruf sama aku tahun lalu, dia nge-WA aku. Aku gabisa bohong pada saat itu aku masih berharap. Dan bisa dibilang chat WA mengandung harapan, gimana ga harapan dia selalu mendoakan aku dan diakhir chat selalu kasih emoticon bunga. Dan aku pada saat itu aku memberanikan diri menawarkan diri kedia, dan Alhamdulillaah dia nolak gaess, alasannya dia mau menikah pas adek-adek perempuannya sudah menikah semua, karna memang dia tulang punggung lah, ayahnya sudah pensiun. Tapi ada kejadian yang mungkin sampai saat ini aku masih ingat. Si ikhwan ini bikin status tangan perempuan pegang clay, aku cari tangan siapa itu. Sampai akhirnya aku nemuin fakta bahwa tangan itu adalah yang pernah taaruf sama dia dulu. Pada saat itu aku marah dan sedih campur jadi satu. Aku hapus nomer ikhwan itu, aku block. Pas selesai sholat aku berdoa sama Allaah nangis senangis nangisnya, minta diberikan ketenangan hati, keikhlasan, dan pada saat itu aku bener-bener berserah dan pasrah. Apapun yang Allaah kehendaki, itu sudah menjadi yang terbaik untukku.
Besoknya, dipagi hari aku ngaca, melihat diriku sendiri. Aku mau mempercantik diriku sendiri. Setelah pulang kerja, aku beli cat rambut. Aku langsung cat rambutku dengan warna coklat dan memotong rambut panjangku sendiri sampai se-leher. Satu bulan sekali aku Spa. Aku ngaca lagi, aku merasa, terlalu berharganya diri ini jika hanya menangisi seseorang yang bukan siapa-siapaku. Sekarang aku tau kunci hidup yaitu sabar, pasrah dan bertawakal. Apapun ketetapan Allaah mau itu bagus atau jelek, tapi bagi Allaah itu adalah yang terbaik buat aku. Pasrah aja mau diombang ambing kaya gimana, pasrah aja terus berdoa. Karna Allaah berjanji, disetiap kesulitan akan ada kemudahan.
Komentar
Posting Komentar